Teknik Sayatan Minimal / Laparoskopi

Apa itu Operasi Laparoskopi dalam bedah obesitas?

Inovasi dalam bidang teknologi terus merambah dunia kedokteran. Perkembangan teknik operasi telah sedemikian pesatnya pada dekade terakhir. Sejak ditemukannya teknik bedah laparoskopi ini, secara cepat teknik operasi ini menggeser peran operasi terbuka atau operasi konvensional dengan luka sayatan yang lebar yang lebih dari 10 cm. Salah satu contohnya adalah bedah bariatrik atau obesitas, 100% atau keseluruhan jalannya operasi menggunakan teknik laparoskopi ini.

Laparoskopik merupakan teknik operasi yang dilakukan tanpa perlu membuka perut. Target daerah yang akan dioperasi dicapai dengan akses yang sangat minimal (Minimal Invasive Surgery). Biasanya hanya diperlukan 3 lubang berukuran 0,3 sampai 1 cm. Teknik ini membutuhkan alat bantu seperti kamera canggih dan instrumen khusus yang dimasukkan ke dalam lubang-lubang ini dengan mentransmisikan lapang pandang target operasi ke layar monitor sehingga organ-organ tubuh dengan memanfaatkan pembesaran seperti mikroskop terlihat lebih jelas dan detail. Dalam perkembangannya saat ini bahkan ada teknik laparoskopi yang hanya membutuhkan satu lubang saja di daerah pusar SILS (Single Incision Laparoscopic Surgery). Saat ini hampir seluruh operasi dalam rongga perut dapat dilakukan dengan teknologi ini.

Manfaat Laparoskopi
 Adapun keuntungan dan kerugian teknik laparoskopi akan dijabarkan. Beberapa keuntungan diantaranya :

1.   Meminimalisir sayatan lebar sehingga mengurangi resiko yang dialami oleh pasien pada jenis operasi besar.

2.   Sayatan luka kecil yang hanya berkisar 0,3-1 cm menyebabkan rasa sakit jauh berkurang karena kerusakan jaringan tubuh dan perdarahan yang minimal.

3.  Penggunaan alat instrumen khusus sehingga tidak banyak trauma pada organ seperti usus sehingga mengurangi dampak nyeri berulang akibat perlengketan organ dan sumbatan usus pasca operasi.

4.  Rasa nyeri yang minimal menyebabkan masa pemulihan menjadi cepat. Pasien bisa langsung bergerak dan biasanya pasien diperbolehkan pulang hanya satu hari sesudah operasi.

5.   Dengan kecanggihan sistem visual dengan penggunaan kamera terbaru dan penggunaan alat-alat operasi yang mini, kemampuan dan jangkauan pada target operasi menjadi semakin luas bermanuver terutama pada organ yang letaknya jauh dan daerah dengan sudut penglihatan yang sempit.

6.  Penyembuhan luka juga semakin cepat karena tidak ada kontak langsung baik tangan ahli bedah maupun udara terbuka dengan organ tubuh pasien sehingga tidak ada infeksi bakteri pada luka operasi maupunya terbukanya kembali luka jahitan bekas operasi.

7.   Secara kosmetik, bekas luka pada kulit sangat berbeda dengan luka operasi terbuka dengan jaringan parut/keloid/skar. Bahkan luka setelah laparoskopi biasanya tersamarkan di daerah pusar dan setelah lebih dari 1-2 tahun luka biasanya tidak tampak kembali.

Meskipun demikian adapun kekurangan berupa masih mahalnya investasi sistem ini berdampak biaya operasi yang lebih mahal dan tidak semua RS di Indonesia memiliki sistem ini.
Banyaknya keuntungan yang diperoleh mengakibatkan teknik laparoskopi menjadi lebih diminati oleh pasien dan menjadi standar utama pembedahan di seluruh dunia.